21 April, 2022

Penyakit Mematikan Maloklusi pada Kelinci Peliharaan

Ciri khas hewan kelinci adalah memiliki gigi tonggos. Namun, jika tonggosnya tidak wajar, giginya tumbuh panjang dan bahkan melengkung, kemungkinan kelinci mengalami penyakit maloklusi. Jika terlambat ditangani, maka hewan tersebut bisa mengalami depresi, murung, tidak mau makan, terdiam, dan bisa mengalami kematian mendadak.


Apa itu penyakit maloklusi? Maloklusi merupakan penyakit pada gigi yang tumbuh memanjang secara tidak wajar, tidak beraturan, bahkan melengkung, menyebabkan kelinci kesulitan untuk mengunyah makanan, biasanya diakibatkan salah asupan makanan. Penyakit ini bisa menyerang manusia juga lho, terutama pada anak-anak dengan akibat yang berbeda tentunya, seperti tidak mendapatkan ASI, perawatan gigi yang kurang tepat, kebiasaan mengisap jempol, sampai menggunakan dot atau menyusu dengan botol sampai usia 3 tahun (sumber: aladokter.com).


Ok, kembali ke topik maloklusi pada kelinci. Penyakit ini bisa saja tanpa gejala atau memiliki gejala khusus seperti :

- Menurunnya nafsu makan

- Berat badan turun drastis

- Air liur berlebihan sampai sering keluar dari mulut

- Napas bau

- Berdasarkan pengamatan, biasanya akan kesulitan saat membersihkan diri, justru malah merusak dan merontokkan bulu

- Murung dan malas bergerak


Penyebab:

- Faktor genetik

- Makanan yang lunak dan tidak berserat

- Traumatis seperti jatuh, gigitan hewan buas, dan kecelakaan

(sumber: rajapetshop.com).

 

Penyakit maloklusi menimpa salah satu kelinci Angora jantan peliharaan saya yang bernama Caca. Jadi, setelah berusia 1 tahun, ada yang berbeda pada gigi kelinci Caca, tampak abnormal dan terlihat tumbuh panjang tidak beraturan. Melihat ada yang tidak beres, Caca dibawa ke dokter hewan terdekat. Sampai di sana, 2 gigi depam Caca yang terkena maloklusi dipotong (sebelumnya dibius dulu) dan berhasil. Menurut dokternya, kemungkinan ini penyakit genetik dan bisa juga akibat salah makan, mengakibatkan penyakit yang disebut maloklusi.  

 

Anehnya, setelah beberapa minggu, 2 gigi depan Caca kembali memanjang, akibatnya Caca kesulitan untuk mengunyah makanan, bahkan nafsu makannya menurun drastis, seketika itu juga badannya kurus kering dan tiba-tiba keesokan paginya mati mendadak sebelum sempat diperiksakan ke dokter hewan😓. Caca mati pada bulan Desember 2014, saat usianya menjelang 1 tahun. Bisa dikatakan pendek umur, karena seharusnya kelinci bisa bertahan hidup sampai 4 tahun. Caca lalu dikubur di taman belakang rumah.

Si Caca (Jantan) Mati Mendadak akibat Maloklusi


Melihat dari kejadian berulang tersebut, penyakit maloklusi pada Caca kemungkinan akibat genetik dan pemberian makanan kelinci, terutama jenis kering (pelet) yang kurang tepat dan kurang bervariasi. Harus diakui untuk makanan keringnya (pelet) ini merupakan produk lokal seadanya yang nutisinya mungkin tidak selengkap produk impor. Lalu pemberian pelet kurang dibatasi, seharusnya dibatasi dan divariasikan dengan pemberian makanan lain seperti rumput, wortel, dan sebagainya.

 

Ada hikmah yang dipetik, bahwa setiap kelinci berbeda tingkat kesehatannya (biasanya tergantung genetik), cara merawatnya harus lebih telaten daripada memelihara kucing, karena kelinci lebih sensitif dari kucing. Jarang ada kelinci yang berumur panjang (4 tahun ke atas). Kelinci punya perasaan yang tajam seperti halnya kucing. Akan tetapi, cara mengekspresikannya yang berbeda (tanpa suara, tetapi lebih ke tingkah laku). Merawat hewan peliharaan apapun merupakan bagian dari amal kebaikan karena merupakan bentuk sedekah kepada hewan, tentunya jika kita melakukannya dengan ikhlas dan senang hati. Sebaliknya, jika sengaja mengurung hewan peliharaan dan tidak diberi makan, sama saja dengan menzaliminya dan tentu saja dosa besar.

Maloklusi pada Kelinci bisa Disebut Silent Killer, Terkadang Sulit Terdeteksi

 

Silakan mampir juga ke blog saya yang pertama (tentang hewan, hukum, inovasi, manajemen, dan sepak bola), kedua (tentang kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (tentang masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya:



44 komentar:

  1. Dulu pernah memelihara kelinci, seringnya sakit terus mati. Gejalanya mirip seperti ini. Cuma waktu itu nggak ngerti apa nama penyakitnya. Kita pikir karena pakan atau apa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelinci memang sensitif, tidak hanya sifatnya tapi juga kondisi kesehatannya. Mudah sakit akibat cuaca buruk, lingkungan yang kotor, ada predator, berada di lingkungan baru, sampai makanan yang tidak cocok

      Hapus
  2. Baru tau tentang penyakit Maloklusi, apakah penyakit Maloklusi bisa menyerang kucing ya mas? Krn saya pelihara kucing di rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kucing belum pernah denger kasusnya, karena kucing punya gigi dan taring yang kuat, tapi lebih ke penyakit gusi biasanya

      Hapus
  3. Saya belum pernah pelihara kelinci. Membaca informasi ini jadi tahu ada pelet untuk kelinci. Tadinya saya berpikir kelinci hanya makan sayuran dan wortel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, bahkan kelinci di rumah doyan roti dan nasi goreng hehe... Pelet kelinci pun bermacam-macam, produk lokal murah, tapi nutrisinya tidak sebaik produk impor. Nah, nutrisi yang kurang atau justru kelebihan protein inilah yang menyebabkan kelinci bisa terkena maloklusi

      Hapus
  4. Informasi yang sangat penting untuk para pecinta kelinci. Saya belum pernah pelihara, tapi sempat terpikir pinhin pelihara. Ternyata lumayan juga kita harus bener-bener perhatian sama kelinci ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget. Karena kelinci lebih sensitif daripada kucing. Belum lagi harus rajin dikandangin (apalagi jenis Angora) karena ada saja potensi orang iseng untuk diambil bahkan dijadikan sate hehe...

      Hapus
  5. Saya suka kelinci tapi untuk jadi hewan peliharaan masih belum kayaknya. Cuma info ini sangat bagus sekali. Terima kasih sudah sharing ilmunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang harus lebih telaten memelihara kelinci ini, sensitif dan mudah sakit. Semoga bermanfaat

      Hapus
  6. Turut berduka cita, ya. Saya bukan termasuk pecinta binatang, tetapi kalau mendengar cerita sedih seperti ini ikut sedih juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Terkadang berempati terhadap hewan dan lingkungan bisa menumbuhkan rasa empati dan peduli terhadap sesama manusia. Bagaimanapun mereka makhluk hidup juga. Akan ada timbal balik berlaku. Terima kasih

      Hapus
  7. Ternyata ada juga ya Bang kondisi maloklusi pada hewan seperti kelinci. Pemberian makanan hewan berarti harus 'sedikit selektif' ya bang.

    Aku jadi teringat suami cerita di tempat temannya, sang anak memberikan makanan kucing yang bentuknya kering ke ikan secara over, dan ikannya 'menggelupur' (bingung Indonesianya apa secara KBBI)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. pakan kelinci yang murah, produk lokal biasanya, itu kandungan nutrisinya kurang lengkap atau malah berlebihan, bisa menimbulkan maloklusi juga. Untuk kucing mungin tidak sesensitif kelinci. Buktinya banyak kucing yang makan makanan di tempat sampah juga baik-baik saja, hanya saja, baiknya dikombinasi kering dan basah. Yang banyak pengawet pun dibatasi

      Hapus
  8. Sama sekali belum pernah memelihara kelinci jadi baru tahu tentang penyakit silent killer ini. Kalau di manusia penyakit silent kiler kanker ya pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Tapi, waspada juga anak kecil bisa terkena ini juga, bagi yang malnutrisi. Tidak hanya stunting saja, tapi juga maloklusi

      Hapus
  9. Great article! Have a nice weekend!

    marisasclosetblog.com

    BalasHapus
  10. Muy interesante, te mando un beso.

    BalasHapus
  11. penyakit yang harus di ketahui buat yang hobi pelihara kelinci ya mas, harus tau juga penanganya secara tepat, meski di potong giginya juga akan tumbuh memanjang lagi, stay on dokter harusnya nih, engga harus sekali doang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Kalau dipotong memanjang lagi pasti ada yang salah dalam memberikan makan, juga faktor genetik

      Hapus
  12. Very interesting post. Have a nice day :)

    BalasHapus
  13. Nunca criei coelhos, mas gostei de saber que eles podem serem acometidos por uma doença que me parece grave.

    Amigo Vicky, feliz mês de maio e excelente semana.

    Um abraço

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sim, criar coelhos é mais difícil do que criar gatos. Incluindo suscetível a esta doença de má oclusão. Atenciosamente

      Hapus
  14. Baru tahu saya ada kelainan pada gigi kelinci. Dan akibatnya bisa fatal juga ya pak apabila tidak ditangani. Sampai bisa malnutrisi juga ya pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Akibat malnutrisi dan genetik juga. Kalau pengobatannya pun gigi harus rajin dipotong sampai normal dan juga nutrisinya diperbaiki

      Hapus
  15. I couldn't comment because the page didn't translate.
    Friendly hug.
    Juvenal Nunes

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sorry, the translator maybe work only desktop version, not mobile version. Warm regards

      Hapus
    2. This article about malocclusion disease in rabbit or hare

      Hapus
  16. Betapa kasiannya kelinci liar (tidak dipelihara) yang menderita maloklusi, dibiarkan bertahan hidup sendiri, tanpa ada pengobatan, kemungkinan bisa mati kelaparan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang itu risikonya jika hidup liar, yang kuat akann survive yang penyakitan akan tersisih tendiri hehe..

      Hapus
  17. Nunca tive coelhos como animais de estimação, mas o post é interessante.

    Tudo de bom

    BalasHapus
  18. Não consegui traduzir do desktop!
    Sinto muito!
    Uma boa semana!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Este blog é sobre animais de estimação. Também estou confuso sobre a tradução no meu blog às vezes não funcionar bem, especialmente a exibição no meu celular. obrigada

      Hapus

1. Silakan berkomentar secara bijak
2. Terbuka terhadap masukan untuk perbaikan blog ini
3. Niatkan blogwalking dan saling follow blog sebagai sarana silaturahim dan berbagi ilmu/kebaikan yang paling simpel. Semoga berkah, Aamiin :)😇
4. Ingat, silaturahim memperpanjang umur...blog ;)😜