Beberapa tahun yang lalu, teman adikku memberikan hadiah sepasang kelinci
Angora (ada yang menyebutnya Anggora, itu benar juga, tapi jangan
menyebut Anggoro, itu nama orang hehe..). Pemberian hadiah kelinci sebagai tanda balas jasa atas kebaikan adikku. Singkat cerita,
sepasang kelinci Angora berumur 3 bulanan yang dibeli dari Lembang
seharga ratusan ribu
rupiah per ekornya, tiba di rumahku, beserta kandangnya. Kelinci
tersebut diberi nama Bubu (yang betina berwarna coklat) dan Caca (yang
jantan berwarna abu-abu). Nama tersebut terinspirasi film kartun jadul
Bubu dan Chacha. Bubu itu anak laki-laki berumur 3 tahun, sedangkan
Chacha itu anjing peliharaan yang bereinkarnasi jadi mobil
mainan.Uniknya, nama Bubu dan Chacha sering menjadi nama manusia juga,
Bubu biasanya nama laki-laki, sedangkan Chacha lebih fleksibel, bisa
nama laki-laki khas Sunda (contoh penyanyi dangdut Caca Handika), bisa
juga nama perempuan (contoh artis Chacha Frederica).
Kelinci
Bubu pada awalnya disangka berjenis kelamin jantan, nyatanya berjenis
kelamin betina, sedangkan kelinci Caca pada awalnya disangka berjenis
kelamin betina (karena langsing), nyatanya berjenis kelamin jantan.
Sempat terkecoh dengan fisiknya yang besar disangka jantan, justru
kelinci betina memang lebih besar dan berisi daripada kelinci jantan
yang cenderung langsing. Wajah kelinci betina cenderung lonjong besar,
sedangkan wajah kelinci jantan cenderung bulat kecil.
Bubu (coklat, betina) dan Caca (abu-abu, jantan) |
Pada saat awal-awal dipelihara di rumah, kedua kelinci berumur sekitar 3 bulan. Menurut penjualnya, kedua kelinci tersebut harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Untuk itu, kedua kelinci kecil tersebut harus lebih sering dikandangkan, boleh keluar dari kandang dibatasi 1-2 jam saja, itupun di sekitar taman saja, dan harus diawasi, khawatir ancaman predator seperti tikus, kucing, dan maling hehe..Makanan pun harus diperhatikan, kapan harus memberi sayuran hijau, rerumputan, pelet kering, dan sebagainya. Cara memandikan cukup dibedaki saja, walaupun boleh sesekali dimandikan, tapi hati-hati, kelinci sangat sensitif terhadap air. Jangan sampai, niat memandikan, malah berontak dan mencederai tulang kaki kelinci. Lebih aman sih dibedakin saja.
Setelah
kedua kelinci berusia hampir 1 tahun, ada yang berbeda pada gigi
kelinci Caca. Jika gigi kelinci Bubu tampak normal (bagian atas dan
bawahnya tampak rapi dan pendek), maka gigi Caca tampak abnormal dan
terlihat tumbuh panjang tidak beraturan. Melihat ada yang tidak beres,
Caca dibawa ke dokter hewan. Sampai di sana, gigi Caca dipotong
(sebelumnya dibius dulu) dan berhasil. Menurut dokternya, kemungkinan
ini penyakit genetik dan bisa juga akibat salah makan, mengakibatkan
penyakit yang disebut malocclusion.
Malocclusion
Gigi Caca mulai bermasalah, ketika sudah dipotong tumbuh abnormal lagi
Anehnya, setelah beberapa minggu, gigi Caca kembali memanjang (berbeda dengan gigi Bubu yang normal-normal saja), akibatnya Caca kesulitan untuk mengunyah makanan, bahkan nafsu makannya menurun drastis, seketika itu juga badannya kurus kering dan tiba-tiba keesokan paginya mati mendadak😓. Caca mati pada bulan Desember 2014, saat usianya menjelang 1 tahun. Bisa dikatakan pendek umur, karena seharusnya kelinci bisa bertahan hidup sampai 4 tahun. Caca lalu dikubur di taman belakang rumah.
Sementara kelinci Bubu bisa hidup sampai berusia 3 tahun, sehat dan gemuk. Makannya pun lahap dan cenderung rakus, apapun dimakan, mulai dari makanan kelinci pada umumnya (rumput, sayur hijau, dan pelet kering) sampai snack seperti wafer pun doyan hehe..
Semua
terlihat baik-baik saja, sampai pada bulan Juli 2017, pada malam
harinya, ada yang aneh dengan kedua kaki Bubu, sama sekali tidak bisa
digerakkan, lumpuh, dan jalannya pun berat, seperti diseret, ketika
memaksakan diri, Bubu malah sempoyongan, sempat jatuh beberapa kali,
walaupun masih bisa berjalan. Di situ sudah mulai curiga, tapi karena
masih bisa jalan, mungkin masih wajar lah. Tapi, keesokan harinya, Bubu
terlihat bengong di satu tempat, seperti tidak semangat, mata berair,
dan tidak mau makan. Baru saja mau mengecek badannya, tiba-tiba badannya
mengejang, kaku, dan mati seketika😲. Proses mengejang (mungkin lagi
sakaratul maut) sempat dilihat oleh dua kucing yang kebetulan sedang
bermain di situ. Mereka terlihat bengong, mungkin melihat malaikat
maut... Setelah itu, Bubu dikubur di taman belakang rumah.
Sumber: kelinci-wongkito.blogspot.com |
Liat tali rafia yang dibungkus kresek kemudian diikat..jadi inget kelinci😬😬
Ada
hikmah yang dipetik dari kematian mendadak kedua kelinci, bahwa setiap
kelinci berbeda tingkat kesehatannya (biasanya tergantung genetik), cara
merawatnya harus lebih telaten, karena kelinci lebih sensitif dari
kucing. Jarang ada kelinci yang berumur panjang (4 tahun ke atas).
Kelinci punya perasaan yang tajam seperti halnya kucing. Tapi, cara
mengekspresikannya yang berbeda (tanpa suara, tapi lebih ke tingkah
laku). Merawat hewan peliharaan apapun itu membutuhkan cara dan
perhatian yang berbeda. Dan tidaklah sia-sia dan buang-buang duit,
tenaga, dan waktu, jika harus merawat hewan peliharaan, karena perbuatan
tersebut termasuk bagian dari sedekah, yaitu sedekah terhadap hewan.
Tentunya harus seimbang sedekah terhadap hewan, alam, dan terutama
terhadap sesama manusia. Mereka mungkin tidak bisa membalas, tapi
Allah-lah yang membalas. Tapi, ada pernyataan yang menggelitik, jangan
sampai sedekah kepada hewan jumlahnya melebihi sedekah terhadap sesama
manusia (ada benarnya juga ya..). Kita bisa beli makanan hewan impor
yang harganya puluhan ribu rupiah tiap minggu, tapi sedekah terhadap
manusia hanya ribuan rupiah setiap minggunya, itupun hanya saat Jum'atan
saja hehe..
Silakan mampir juga ke blog saya yang pertama (tentang hewan, hukum, inovasi, manajemen, dan sepak bola), kedua (tentang kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (tentang masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya:
Blog 1: vicagi.blogspot.com
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com